Penantian Cinta di Bumi Para Syuhada

Gaza, 2004 – Langit Gaza malam itu bersih, diterangi bintang-bintang yang bertaburan. Di sebuah rumah kecil di sudut kota, Zayd dan Nadia duduk berdampingan di beranda, menikmati angin malam yang menyejukkan. Baru empat bulan mereka menikah, tetapi cinta di antara mereka terasa begitu dalam, seakan telah terjalin selama bertahun-tahun.

“Kau tahu, Nadia?” kata Zayd sambil menatap cincin emas di jarinya. “Setiap kali aku melihat cincin ini, aku merasa kita akan selalu bersama.”

Nadia tersenyum, menatapnya penuh kasih. “Selamanya, Zayd. Tak peduli apa yang terjadi, aku akan menunggumu.”

Namun, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama.

Malam itu, ketukan keras mengguncang pintu rumah mereka. Ketukan yang lebih terdengar seperti pukulan kasar yang memaksa.

Zayd menoleh, sementara Nadia menggenggam tangannya erat.

Pintu didobrak, dan sekelompok tentara bersenjata masuk dengan kasar. “Zayd Al-Fayez, kau ditahan!”

Nadia berteriak, mencoba menghalangi, tetapi seorang tentara mendorongnya hingga jatuh. Zayd berusaha melawan, tetapi borgol sudah melilit pergelangan tangannya.

“Nadia, tetaplah kuat,” bisik Zayd, mencoba menahan erangan kesakitan saat mereka menyeretnya keluar.

Nadia menjerit, mencoba menarik suaminya, tetapi hanya bisa melihatnya didorong masuk ke dalam kendaraan militer.

Di dalam kendaraan yang melaju, Zayd menatap cincin di jarinya, berjanji dalam hatinya, Aku akan kembali, Nadia. Aku akan kembali untukmu.

Di Penjara, Tahun-Tahun yang Menyiksa…

Hari demi hari, Zayd menjalani hidup di balik jeruji. Ia dihina, dipukuli, dan diinterogasi tanpa henti.

Suatu hari, saat ia tengah terduduk di sudut selnya, seorang penjaga datang dan menarik tangannya.

“Apa ini?” tanya salah satu tentara Israel, menarik cincin emas dari jarinya dengan paksa.

“Itu… itu cincin pernikahanku,” jawab Zayd dengan suara bergetar.

Tentara itu tersenyum sinis, lalu mencemoohnya, “Cinta? Kau pikir cinta bisa menyelamatkanmu dari tempat ini?”

Dengan kejam, tentara itu memasukkan cincin itu ke dalam sakunya, meninggalkan Zayd yang hanya bisa menggenggam udara kosong.

Hari itu, Zayd kehilangan cincin pernikahannya. Namun, ia tidak kehilangan harapan.

Ia tetap menggenggam tangannya seakan cincin itu masih ada, mengingat janji yang pernah ia buat untuk Nadia. Cinta mereka tidak bisa diambil oleh siapa pun.

Gaza, 2025

Dua puluh satu tahun telah berlalu. Gaza masih dalam luka, tetapi harapan tak pernah padam.

Nadia masih tinggal di rumah kecil mereka. Tahun demi tahun berlalu, dan setiap kali ada orang yang menyuruhnya untuk melanjutkan hidup, ia hanya tersenyum dan berkata, “Zayd berjanji akan kembali.”

Dan hari itu, janjinya menjadi nyata.

Orang-orang berkerumun di jalanan Gaza, menyambut para tahanan yang baru dibebaskan. Nadia berdiri di antara mereka, tubuhnya gemetar saat matanya menangkap sosok yang tak pernah ia lupakan.

Zayd berdiri di sana.

Rambutnya telah memutih sebagian, garis-garis usia menghiasi wajahnya, tetapi matanya—mata yang selalu ia rindukan selama dua puluh satu tahun—tetap sama.

Nadia menutup mulutnya, air mata mengalir tanpa bisa ia tahan. Ia ingin berlari, tetapi kakinya terasa lemas.

Zayd berjalan mendekatinya, lalu berhenti tepat di depannya. Ia menatap tangan Nadia yang masih mengenakan cincin pernikahan mereka.

Matanya berkabut saat ia berkata, “Aku kehilangan cincinnya… Mereka mengambilnya dariku.”

Nadia tersenyum di antara air matanya. Ia menggeleng perlahan, lalu meraih tangan Zayd dan meletakkan tangannya di atas dadanya.

“Yang penting, kau tidak pernah kehilangan hatimu,” bisiknya.

Zayd menarik Nadia ke dalam pelukannya, mendekapnya erat seakan tak ingin melepaskannya lagi.

Cincin bisa hilang, tetapi cinta mereka tetap utuh.

Dan di bawah langit Gaza yang kini lebih tenang, mereka kembali bersatu. Bumi para syuhada menjadi saksi bahwa cinta sejati tak akan pernah mati.

🌍 Bersama Palestina: Saatnya Bertindak! 🌍

Anda baru saja membaca kisah yang menyentuh hati. Kisah yang bukan sekadar cerita, tetapi kenyataan yang dialami saudara-saudara kita di Palestina setiap hari.

Di tengah keterbatasan, mereka tetap bertahan. Di tengah kesulitan, mereka tetap berharap. Namun, harapan saja tidak cukup. Mereka butuh aksi nyata dari kita!

💙 Mari Bersama Wujudkan Solidaritas!
Donasi Anda bukan hanya angka. Itu adalah makanan bagi yang kelaparan, selimut bagi yang kedinginan, dan harapan bagi yang putus asa. Dengan setiap rupiah yang Anda berikan, kita membangun jembatan kebaikan yang akan terus mengalirkan keberkahan.

🌟 Saatnya Anda Berperan!
👉 Klik di sini untuk berdonasi melalui Sahabat Berbagi.
💖 Sedikit bagi kita, berarti segalanya bagi mereka!

Bersama, kita bisa membawa perubahan. Jangan tunggu esok. Berikan bantuan Anda sekarang! #AkselerasiKebaikan #BersamaUntukPalestina

Facebook Comments Box

You might also like
Shopping cart

No products in the cart

Return to shop
TERBATAS UNTUK UNDANGAN

Forum yang dirancang untuk memperkuat kolaborasi dan sinergi dalam menjawab tantangan-tantangan kemanusiaan di tingkat lokal, nasional, dan global.

Promo Don't Show Again Yes, Saya Hadir
Chat WhatsApp
WhatsApp